Rabu, 16 September 2015

JOMBANG



  Kabupaten Jombang, adalah kabupaten yang terletak di tengah-tengah wilayah Jawa Timur dan berbatasan dengan Kabupaten Lamongan di utara, Kabupaten Kediri di selatan, Kabupaten Mojokerto di timur dan Kabupaten Nganjuk di barat.
Masyarakat Jombang percaya bahwa kata Jombang
berasal dari singkatang kata dan bahasa Jawa yaitu, Ijo dan Abang, atau Hijau dan Merah. Hijau disini merepresentasikan kaum santri dan merah mewakili kaum abangan atau Kejawen. Mereka memiliki prinsip yang berbeda tapi hidup dengan damai dalam satu atap.
Makanan khas kota Jombang
adalah nasi kikil, jenang, pecelndeso, sotodok, dan tahugloria
Dilihat dari letak geografis, Jombang termasuk daerah etnis budaya Jawa Timuran yang mempunyai ragam campuran budaya, yaitu etnis Jawa Timuran atau budaya “arek”, etnis Madura, Panaragan, Mataraman dan etnis jawa Tengahan. Hal ini dapat dilihat oleh banyaknya imigran dari luar daerah yang menetap sebagai penduduk Jombang sejak dahulu, sehingga kebudayaan yang meraka bawa membaur dengan kebudayaan setempat. Sampai saat ini kebudayaan masyarakat Jombang memiliki warna khas yang menunjukkan perbedaan dengan masyarakat berkebudayaan atau etnis Jawa Timur aslinya. Ciri khas kebudayaan masyarakat Jombang tercermin dalam adat-ist
iadat bahasa dialek dan kesenian mereka.
Adat-istiadat orang Jombang begitu nampak dalam kehidupan masyarakat luar kota, karena masyarakat kota merupakan masyarakat yang sangat sulit untuk dipilah-pilahkan karena percampuran lingkungan heterogen dan pribumi sudah berbaur seiring dengan berkembangnya pola kehidupan jamannya. Namun jika kita memandang lingkungan di daerah luar perkotaan, dapat kita ketahui bahwa masyarakat Jombang merupakan manivestasi budaya masyarakat multi kultural.
Seperti budaya masyarakat didaerah Kecamatan Ngoro, Bareng, Mojowarno, Wonosalam, Jogoroto, Mojoagung, Sumobito, Kesamben secara umum memiliki latar belakang bahasc dialek dan adat-istiadat etnis Jawa Timuran asli/budaya “arek” hal ini ditandai dengan logat bicara yang berciri dengan menggunakan ucapan akhiran …se maupun …tah; contoh: ya’apa se, nang endi se, babah se. iya tah. age tah, wis mari tah dan sebagainya. Kemudian tercermin pada penekanan ucapan kata sifat biasa dipanjangkan, misalnya: adoh menjadi u…adoh. gedhe menjadi gu…edhe, apik menjadi u…apik, ireng menjadi u…irengdan sebagainya.
Berbeda dengan daerah Di Kecamatan Tembelang. Plandaan, Ploso, Kabuh, Kudu. Ngusikan tercemin budaya campuran etnis pesisir Utara, etnis Osing dan Jawa Tengahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan kebiasaan dan dialek mereka sehari-hari memakai bahasa budaya kulonan (Jawa Tengahan) dan akhiran …ta; seperti: kowe, kuwi, ora, piye ta, endhi ta dan sebagainya. Anehnya di satu wilayah ini tepatnya di Desa Manduro Kecamatan Kabuh, masyarakatnya mempunyai bahasa dan kesenian Madura.
Di daerah tersebut kehidupan sehari-hari mayoritas sebagai petani padi dan patani tembakau, tetapi meraka juga suka berkesenian, seperti: kesenian ludruk, wayang kulit, dangdut, tayub dan campur sari. Dalam adat-istiadat masih menampakkan adat kejawaannya (kejawen); misalnya: walaupun agama yang dianut adalah agama islam tata cara berbicara, sikap dan tingkah laku dalam pergaulan jika bertamu biasa atau lebih akrab menggunakan kata kula nuwun atau nuwun sewu.
Lain halnya dengan di Kecamatan Megaluh, Perak, Diwek, Gudo dan Jombang bagian Barat di mana mereka memiliki etnis atau budaya campuran Jawa Tengah, Mataraman, Panaragan dan sedikit bercampur dengan budaya Jawa Timuran karena daerahnya berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk, Kediri dan sebelah Timur Kecamatan Jombang adalah Kecamatan Jogoroto. Logat bicaranya-pun campuran budaya Jawa Tengahan/Mataraman dan budaya “arek”; contoh: piye se, ora se, gak mulih ta dan sebagainya. Walaupun pola kehidupan sehari-hari mayoritas sama dengan daerah tersebut diatas tetapi masih terdapat perbedaan, contoh: jenis keseniannya lebih dekat dengan budaya Jawa Tengahan, seperti wayang kulit, wayang krucil. Kuda Lumping jenis Sambaya dan kesenian reog Ponorogo.
Mungkin yang menjadi ciri khas dari kota jombang adalah pondok pesantrennya. Di kota ini banyak pondok pesantren diantaranya ponpes tebuireng (yang merupakan tempat gus dur dimakamkan) , ponpes tambakberas, ponpes darul ulum,ponpes denanyar dan masih banyak lagi ponpes kecil yang ada di kota ini. Oleh karenanya tak heran jika kota jombang mendapat julukan KOTA SANTRI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar