Kabupaten Jombang, adalah kabupaten yang terletak di tengah-tengah wilayah Jawa Timur dan berbatasan dengan Kabupaten Lamongan di utara, Kabupaten Kediri di selatan, Kabupaten Mojokerto di timur dan Kabupaten Nganjuk di barat.
Masyarakat Jombang percaya bahwa kata Jombang
berasal dari singkatang kata dan bahasa Jawa yaitu, Ijo dan Abang, atau Hijau dan Merah. Hijau disini merepresentasikan kaum santri dan merah mewakili kaum abangan atau Kejawen. Mereka memiliki prinsip yang berbeda tapi hidup dengan damai dalam satu atap.
berasal dari singkatang kata dan bahasa Jawa yaitu, Ijo dan Abang, atau Hijau dan Merah. Hijau disini merepresentasikan kaum santri dan merah mewakili kaum abangan atau Kejawen. Mereka memiliki prinsip yang berbeda tapi hidup dengan damai dalam satu atap.
Makanan khas kota Jombang
adalah nasi kikil, jenang, pecelndeso, sotodok, dan tahugloria
adalah nasi kikil, jenang, pecelndeso, sotodok, dan tahugloria
Dilihat dari letak geografis, Jombang termasuk daerah etnis
budaya Jawa Timuran yang mempunyai ragam campuran budaya, yaitu etnis Jawa
Timuran atau budaya “arek”, etnis Madura, Panaragan, Mataraman dan etnis jawa
Tengahan. Hal ini dapat dilihat oleh banyaknya imigran dari luar daerah yang
menetap sebagai penduduk Jombang sejak dahulu, sehingga kebudayaan yang meraka
bawa membaur dengan kebudayaan setempat. Sampai saat ini kebudayaan masyarakat
Jombang memiliki warna khas yang menunjukkan perbedaan dengan masyarakat
berkebudayaan atau etnis Jawa Timur aslinya. Ciri khas kebudayaan masyarakat
Jombang tercermin dalam adat-ist
iadat bahasa dialek dan kesenian mereka.
iadat bahasa dialek dan kesenian mereka.
Adat-istiadat orang Jombang begitu nampak dalam kehidupan
masyarakat luar kota, karena masyarakat kota merupakan masyarakat yang sangat
sulit untuk dipilah-pilahkan karena percampuran lingkungan heterogen dan
pribumi sudah berbaur seiring dengan berkembangnya pola kehidupan jamannya.
Namun jika kita memandang lingkungan di daerah luar perkotaan, dapat kita
ketahui bahwa masyarakat Jombang merupakan manivestasi budaya masyarakat multi
kultural.
Seperti budaya masyarakat didaerah Kecamatan Ngoro, Bareng,
Mojowarno, Wonosalam, Jogoroto, Mojoagung, Sumobito, Kesamben secara umum
memiliki latar belakang bahasc dialek dan adat-istiadat etnis Jawa Timuran
asli/budaya “arek” hal ini ditandai dengan logat bicara yang berciri dengan
menggunakan ucapan akhiran …se maupun …tah; contoh: ya’apa se, nang endi se,
babah se. iya tah. age tah, wis mari tah dan sebagainya. Kemudian tercermin
pada penekanan ucapan kata sifat biasa dipanjangkan, misalnya: adoh menjadi
u…adoh. gedhe menjadi gu…edhe, apik menjadi u…apik, ireng menjadi u…irengdan
sebagainya.
Berbeda dengan daerah Di Kecamatan Tembelang. Plandaan,
Ploso, Kabuh, Kudu. Ngusikan tercemin budaya campuran etnis pesisir Utara,
etnis Osing dan Jawa Tengahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan kebiasaan dan
dialek mereka sehari-hari memakai bahasa budaya kulonan (Jawa Tengahan) dan
akhiran …ta; seperti: kowe, kuwi, ora, piye ta, endhi ta dan sebagainya.
Anehnya di satu wilayah ini tepatnya di Desa Manduro Kecamatan Kabuh,
masyarakatnya mempunyai bahasa dan kesenian Madura.
Di daerah tersebut kehidupan sehari-hari mayoritas sebagai
petani padi dan patani tembakau, tetapi meraka juga suka berkesenian, seperti:
kesenian ludruk, wayang kulit, dangdut, tayub dan campur sari. Dalam
adat-istiadat masih menampakkan adat kejawaannya (kejawen); misalnya: walaupun
agama yang dianut adalah agama islam tata cara berbicara, sikap dan tingkah
laku dalam pergaulan jika bertamu biasa atau lebih akrab menggunakan kata kula
nuwun atau nuwun sewu.
Lain halnya dengan di Kecamatan Megaluh, Perak, Diwek, Gudo
dan Jombang bagian Barat di mana mereka memiliki etnis atau budaya campuran
Jawa Tengah, Mataraman, Panaragan dan sedikit bercampur dengan budaya Jawa
Timuran karena daerahnya berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk, Kediri dan
sebelah Timur Kecamatan Jombang adalah Kecamatan Jogoroto. Logat bicaranya-pun
campuran budaya Jawa Tengahan/Mataraman dan budaya “arek”; contoh: piye se, ora
se, gak mulih ta dan sebagainya. Walaupun pola kehidupan sehari-hari mayoritas
sama dengan daerah tersebut diatas tetapi masih terdapat perbedaan, contoh:
jenis keseniannya lebih dekat dengan budaya Jawa Tengahan, seperti wayang
kulit, wayang krucil. Kuda Lumping jenis Sambaya dan kesenian reog Ponorogo.
Mungkin yang menjadi ciri khas dari kota jombang adalah
pondok pesantrennya. Di kota ini banyak pondok pesantren diantaranya ponpes
tebuireng (yang merupakan tempat gus dur dimakamkan) , ponpes tambakberas,
ponpes darul ulum,ponpes denanyar dan masih banyak lagi ponpes kecil yang ada
di kota ini. Oleh karenanya tak heran jika kota jombang mendapat julukan KOTA
SANTRI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar